Kamis, 07 April 2011

MAKNA LAGU BUBUY BULAN DENGAN FILOSOFI ISLAM

Penjabaran dalam seni budaya

Seni budaya adalah salah satu sarana bagi para wali kita pada masa lalu untuk menceritakan sejarah, mengapa? karena seni budaya cenderung tidak mendapat perlakuan negatif dari penguasa pada zamannya dibandingkan kitab atau buku yang dengan mudah dapat diubah-ubah oleh penguasa yang merasa kedudukannya akan terganggu oleh adanya kitab tersebut, oleh karena itu, para wali pada masa itu cenderung lebih banyak menggunakan simbol baik dalam tulisan maupun lukisanuntuk menggambarkan situasi dan kondisi yang berlaku pada zamannya, warisan-warisan budaya dapat terlihat, pada saat tembang ini dibuat:

BUBUY BULAN

Bubuy bulan-bubuy bulan sangrai bentang
panon poe-panon poe disasate
unggal bulan-unggal bulan abdi teang-unggal poe-unggal poe oge hade
situ ciburuy laukna hese dipancing
nyeredet hate ningali ngeplak caina
duh eta saha nu ngalangkung unggal enjing
nyeredet hate ningali sorot socana

PEMBAHASAN

Bubuy  bulan: bulan di bubuy, maksudnya bulan dalah Rasulullah SAW, seperti lagu Tola'al Badru Alaina artinya telah datang bulan purnama kepada kami. Bulan purnama disini adalah Rasulullah SAW, jadi arti lagu bubuy bulan dalam lagu ini adalah perumpamaan dari pembumihangusan ajaran Rasulullah.

Sangrai benthang: bintang disangrai, bintang adalah perlambang dari Ahlul Bait Rasulullah seperti dalam hadist: bintang-bintang adalah penunjuk bagi pelaut agar tidak tersesat, dan ahlul baitku adalah bintang-bintang bagi umatku, yang bila berpegang pada mereka niscaya akan selamat dunia akhirat. Namun dalam lagu ini para ulama terdahulu mau menunjukkan kepada kita bahwa ajaran Rasulullah SAW yang telah diteruskan kepada ahlulbaitnya sebagai wasi' atau penjaga agam Rasul telah "disangrai" atau telah dihianati secara kejam.  


Panon poe-panon poe disasate: matahari disate berkali-kali (sasate mengandung arti pengulangan), matahari mengandung arti para ulama yang menyampaikan ajaran Rasul dan Ahlul Baitnya, cahayanya memancar ke seluruh umat membverikan penerangan-penerangan yang dengan cahayanya manusia dapat membedakan mana yang baik dan buruk bagi kehidupan merka di dunia dan akhirat, namun matahari-matahari ini disasate, yang mengandung arti dibantai, dibunuh dengan kejam dan licik, agar ajarannya hilang dari muka bumi, tujuan pembantaian para ulama ini adalah demi langgengnya kekuasaan atau demi tujuan politik, dalam hal ini berlangsung sejak wafatnya Rasulullah SAW, dengan puncak kesadisan yang tidak ada bandingnya dalam peradaban manusia, ketika cucu Rasullah SAW dan keluarga Rasulullah yang lain dibantai dengan sadis. Peristiwa karbala dan peristiwa-peristiwa pembantaian yang lain kepada pecinta keluarga rasul menyebabkan terjadinya hijrah besar-besaran untuk menyelamatkan agama Rasul dan keluarganya, dan Nusantara adalah salah satu tempat hijrah mereka, itulah sebabnya selama 600 tahun ajaran Rasulullah berkembang pesat di negara ini, sampai datangnya musuh-musuh Allah berkedok ulama, karena hasadnya mereka membumihanguskan ajaran-ajaran Rasul, yang diwariskan kepada ahlulbaitnya dan disampaikan oleh ulama pecinta ahlul bait, para ulama ini dibantai, kitab-kitabnya dibumihanguskan, untuk menghilangkan ajaran Rasul. Pesan inilah yang disampaikan pada tiga baris pertama pada lirik lagu bubuy bulan, yang pada baris ketiga lebih ditekankan pada sosok seorang ulama, yang syahid dibantai, ulama ini mempunyai gelar

Syamsuddin=mataharinya agama panon poe=matahari.
Kejadian luar biasa dahsyat ia alami atas kejadian tersebut, kesedihan yang ia tuangkan dalam syair-syair berikut: unggal bulan-unggal bulan abdi teang=setiap ada bulan saya mencari

Unggal poek-unggal poek=setiap siang saya juga mencari

Oge hade'=pencarian tersebut sama bagusnya, kegiatan pencarian dan mencari disini melambangkan ikhtiar dan doa melindungi sisa-sisa dari pembantaian dan usahanya mencari pengganti gurunya yang syahid tersebut, ikhtiar dan doa tersebut bagusnya dilakukan malam hari, kalimat ini bisa jadi suatu pemberitahuan atau bahasa rahasia, untuk bergurudi malam hari dalam rangka ikhtiar dan mencari ilmu untuk melindungi sisa-sisa pembantaian tersebut, dalam hal ini mungkin keluarga atau anak ulama tersebut. Namun bagus juga (oge hade') bila siang haripun melakukan usaha yang sama.

Situ ciburuy, laukna hese' dipancing=kalimat ini lebih pada keterangan tempat dan waktu, ditekankan pada kata situ ciburuy=tempat dan lauk yang berarti sengkalan, sistem penanggalan yang diajarkan oleh para wali, ikan disini beraarti tahun: bagian-bagian ikan dibaca dari atas ke bawah=dari kepala ke ekor: kepala=1, badan=1, sirip=2, ekor=1 (1121) berarti kejadian ini terjadi pada tahun 1121 disitu ciburuy atau puncak pembantaian terjadi pada tahun 1121, 600 tahun setelah pemerintahan ahlul bait yang adil makmur merata di seluruh nusantara.

Nyeredet hate=sedih susah ngenes, pilu, sakit hati yang luar biasa, tapi tidak ada yang bisa diperbuat,

Ningali ngeplak caina=melihat darah (ulama yang menjadi gurunya)ditumpahkan dengan sengaja,

Ngeplak=air dalam jumlah besar ditumpahkan dengan sengaja,

Cai'=dalam bahasa sastra sunda bisa berarti darah atau air,

Duh eta saha nu ngalangkung unggal enjing=siapakah itu yang hadir setiap pagi,

Nyeredet hate=mengiris hati (melihat yang hadir tiap pagi itu, mengingat kejadian diatas, mengingat peristiwa ketika gurunya syahid bergelimang darah)

Ningali SOROT socana=melihat sorot matanya (yang tegas), sorot matanya yang tegas itulah yang mengingatkan si penembang syair teringat akan gurunya yang selama ini dia selalu berusaha mencari gantinya siang dan malam. Sorot socana=pandangan mata yang tegas, lawannya cai socana=pandangan mata yang lembut.

SOROT HANYA DITUJUKAN UNTUK LAKI-LAKI


SUMBER:WAWASAN MUSIK.


















     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar